Friday, February 7, 2014

Sejarah: Seven Summits




Karl Blodig
wikipedia.qwika.com

Kala itu, selagi para pendaki terbius dengan kebesaran Asia, Eropa dan Amerika, tersiarlah nama Karl Blodig, pendaki Austria yang telah mendaki semua puncak 4.000-an meter di pegunungan Alpen. Dituntaskannya pada tahun 1900. Kisah pendakiannya itu, ia bukukan di buku Die Viertausender der Alpen (The Four-Thousanders of the Alps), terbit pertama kali tahun 1923. Prestasi Blodig ini membuat para pendaki gunung berpikir keras untuk mulai mencari-cari ”sesuatu” yang baru dalam pendakian. Prestasi Blodig itu pulalah yang menjadi sumber inspirasi ide Seven Summit yakni niat untuk ‘mengantungi’ puncak-puncak tertinggi dari tujuh benua.



 

Dick Bass
7summits.com
Ide Seven Summit makin mendunia setelah dicetuskan pada tahun 1985 oleh Dick Bass,
pendaki jutawan pemilik peternakan dari Texas, Amerika Serikat, menyatakan dirinya sebagai “orang pertama” yang telah mendaki Puncak Tujuh Benua di dunia. Dick telah mendaki puncak: Mckinley, 6.194 meter (Amerika Utara), Aconcagua, 6.960 meter (Amerika Selatan), Everest, 8.848 meter (Asia), Elbrus, 5.642 meter; (Eropa), Kilimanjaro, 5.895 meter (Afrika), Vinson Massif, 4.897 meter (Antartika) dan Mount Kosciusko, 2.228 meter (Australia). Namun pencetusan diri Dick Bass itu dibantah oleh beberapa pendaki lain. Beberapa pendaki tetap ngotot bahwa Mont Blanc adalah gunung tertinggi di Eropa, khususnya para geolog yang pernah menjelajahi pegunungan Kaukasus di Asia. Kalau dipikirkan lebih jauh sebenarnya Australia hanya dapat dipertimbangkan sebagai pecahan dari Ocenia.
Perdebatan dan polemik tentang seven summit mencuat hingga muncul sosok Patrick Morrow, pendaki Kanada ini juga membantah secara simpatik si Bass dan menyatakan bahwa Mount Kosciusko bukan salah satu puncak tertinggi di benua. Kemudian ia menggantikan gunung itu dengan Carstensz Pyramide, 4.884 meter di Pegunungan Jayawijaya, Indonesia, mewakili Austral-Asia (Oceania). “Orang bisa saja menjejak Mount Everest, puncak tertinggi dunia itu, tapi belum tentu mampu menjejak ke tujuh puncak benua,” ujar Pat Morrow.


Baiba & Pat Morrow
Patmorrow.com
Ucapan  Pat Morrow sempat dibantah oleh beberapa pendaki modern. Kata mereka, mendaki seven summit adalah relatif gampang, kecuali Everest, waktu dan uang! Padahal baik mendaki Tujuh Puncak Tujuh Benua atau 14 Puncak Zona Kematian tentunya memiliki keunikan dan tantangan tersendiri. Yang pertama—Tujuh Puncak Benua—terletak di seluruh muka bumi. Mulai dari Kutub Utara sampai ke Irian Jaya. Sementara yang ke dua—the 14th the Death Zone Mountains—bercokol dalam satu jajaran pegunungan 8.000-an meter ke atas, di Himalaya dan Karakoram. Dari data ini, mendaki Tujuh Puncak Benua relatif lebih repot jika dilihat dari tempat lokasi atau geografis, juga pendanaannya. Karena letaknya tersebar di berbagai belahan benua.
Sebagian pendaki juga berpendapat perkataan Morrow seperti ”membakar” daun telinga para pendaki gunung saat itu. Bahkan aksi ”bakar telinga” ala Pat Morrow itu sampai ke para pendaki di Tanah Air, khususnya Mapala UI, yang kebetulan telah mendaki Carstensz Pyramide, 1973, dan Kilimanjaro, 1985. Kebetulan juga ada anggota Mapala UI yang mendampingi pendaki Kanada, Pat Morrow, sewaktu hendak menggenapkan Seven Summit-nya di Cartstensz Pyramide pada tahun 1986.
Lalu Pat Morrow yang “dikukuhkan” sebagai the first seven summiter setelah menutup pendakian seven summits di Carstensz Pyramide pada tahun 1986. Akhirnya usulan dan pendapat Pat Morrow ini diterima dan mampu meredakan polemik masyarakat pendaki. Selanjutnya jejak Pat Morrow di Carstenz Pyramid diikuti oleh Reinhold Messner, Italia (1986), Geoff Tabin, pendaki Amerika Serikat (1989). Sejak makin banyak para pendaki dunia yang mengikuti jejak-jejak mereka.
Terkadang untuk menghindari keraguan atau polemik para pendaki dunia menuntaskan seven summits menggunakan dua versi, yakni mendaki Cartstenz Pyramid di Indonesia, sekaligus mendaki Mount Kosciusko di Australia. Obsesi mendaki puncak-puncak benua ini tak hanya didominasi para pendaki laki-laki, pendaki wanita pun turut memburu prestasi sebagai the Seven Summiter
Sementara Indonesia menjadi negara ke-53 yang berhasil menuntaskan Seven Summit. Mereka dari tim Mahitala: Indonesian Seven Summiters Universitas Parahiyangan, Bandung. Mencatatkan para pendakinya sebangai pendaki Seven Summiter dunia. Sejajar dengan ke-275 pendaki dari seluruh dunia. Di Asia Tenggara, Indonesia jadi negara ke dua setelah Singapura. [Ganezh/2014]




The Seven Summits pict: caingram.info
Komponen Seven Summits:
1. Carstenz Pyramid (4.884), Indonesia; mewakili benua Austral-Asia.
2. Kilimanjaro (5.895), Afrika; mewakili benua Afrika. 
3. Elbrus (5.642), Rusia; mewakili benua Eropa.
4. Vinson Massif (4.889), Antartika; mewakili benua Antartika.
5. Aconcagua (6.962), Argentina; mewakili Kutub Selatan.
6. Everest (8.848), Nepal; mewakili benua Asia
7a. McKinley atau Denali (6.194), Alaska; mewakili Kutub Utara.
7b. Mount Kosciusko (2.228), Australia; mewakili Benua Australia.

Sumber: History of Mountain Climbing, French translater to English by Deke Dusinberre. Falamarion (Paris-New York) 1996. Original version book: Frison-Roche, Roger and Sylvain Jouty Publhised Simultaneously in French under tittle L’Histoire de’L’Alpinisme © 1996 Arthaud. 


No comments:

Post a Comment