Kau bukan orang yang terkenal. Kau
hanyalah sosok ramah, yang sedikit pemalu, namun berani dan gagah ketika sudah memanggul
ransel. Gunung-gunung Jawa wilayah timur rata-rata telah kau sambangi. Kabarnya
kau adalah sosok terkuat setelah si Gombeng, salah satu sahabat sekampungmu di
Tumpang, Malang.
Kau adalah salah satu orang-orang terbaik yang pernah aku temui dalam setiap
perjalananku.
“Wooi! Kacong Duo Kelinco!”
pekikmu dari Tanjakan Cinta, Semeru, menggoda kami yang saat itu tengah ngemilin
sebungkus besar kacang dua kelinci. Dia sengaja menggoda kami yang berasal dari
Palembang, yang
memang mayoritas menggunakan huruf “O” ketika bercakap dalam keseharian. Kami
hanya tertawa sembari menjelaskan jika Kacang dan Kelinci tetap dilafalkan
sama. Ah, sotoy selalu sekali kamu saat itu , Jo! Itu terjadi di tahun 2000,
itulah pertama kali mengenal keramahanmu. Di antara “Kera-kera Ngalam” yang bernama
Tri, Tuwek, Dayon, Gombeng, Wayin, dan beberapa orang lagi yang maaf saya lupa
namanya. Mereka adalah jebolan sispala Ikapala SMAN 1 Tumpang, Malang.
Sobat, kau dan rekan-rekanmu
menjadi teman seperjalanan yang menyenangkan ketika berhimpitan di jeep menuju
Ranupani. Memberi kami pisang ambon yang lumayan mampu mengganjal lambung kami
karena telat sarapan. Kau dan rekan-rekan juga menjadi rekan yang menyenangkan
ketika merambahi rimba Semeru, menapaki pasir Arcopodo hingga menjejaki menara
Jawa bernama Mahameru, Puncak Semeru yang terabadikan sebagai “Puncak Abadi
Para Dewa”.
Kau yang menjadi acuan kami
ketika ingin berlama-lama di Mahameru—saya lupa pastinya jam berapa, tapi itu sudah siang
banget—sementara asap kawah Jonggring Saloko sudah membubung tinggi bagai
menara pencakar langit! Padahal itu cukup berbahaya jika ada angin berputar. Bila
tak berlebihan, bisa saja kami terjebak dalam situasi yang dialami Soe Hok Gie
dan Idhan Loebis yang meninggal di Semeru. Tapi hari itu memang alam cukup
ramah terhadap kami.
Kau yang setia menunggui ketika aku
minta istirahat sebentar di kaki Arcopodo, akibat kepalaku sakit, gara-gara begadang
sebelum menjejaki puncak Semeru. Sementara rekan-rekan lain telah turun menuju
Kalimati. “Makasih, Jo. Udah nemenin aku istirahat. Nggak lama kan, ya?” Kau tersenyum,
menjawab dengan santainya. “Nggak apa-apa. Palingan cuma sejam!” jawabnya kalem. Aku
sempat kaget, karena aku merasa terlena hanya sebentar. Pantas aku sudah merasa
nyaman dan pusingku telah hilang. Ternyata dia menunggui aku selama satu jam
dengan sabar, tidak berusaha membangunkan dan tanpa menyiratkan rasa kesal sedikit
pun.
Terbayang senyum ramahmu ketika menawarkan
jasa untuk membawakan ransel rekan saya yang kepayahan. Dan. kau tetap gagah
dengan memanggul dua ransel!
Kau dan Dayon yang saat itu masih
bekerja di Phillip Morris, membawakan kami rokok putih itu dengan kresek,
ketika kami masuk-masukkan ke dalam bungkus bekas ada sekita sembilan bungkus.
“Itu bekal asap buat kalian!” katanya sambil tersenyum meringis. Kau ingat kami yang memang
masih sulit memisahkan antara puncak gunung dan rokok. Dia rela “mencuri” dari
pabrik itu hanya buat bekal perjalanan kami. Karena dia sendiri sudah berhenti
merokok sejak lama. Kacau banget kamu, Jo!
Tahun 2004, usai turun dari
Puncak Rinjani, kami langsung menuju Danau Ranu Kumbolo, sebagian tim menggapai
puncak, kau hanya bisa mengiringi sampai Tumpang karena kesibukanmu. Cuma yang
aku ingat tanpa sepengetahuan kami, ternyata kau—dengan motor tuamu—mengunjungi
kami ke Ranupani. Sayangnya kami sudah turun menuju Bromo dan Penanjakan. Kau
pun menyusuli serta melintasi lautan pasir Segoro Wedi. Kau pacu motor tuamu
mengiringi jeep kami berpacu dia antara debu-debu pasir Segoro Wedi menuju kawah
Bromo. Wajahmu pun menjadi belang hitam berdebu, tapi gagah sekali kau saat
itu, Bro!
Tahun 2006, dari Aceh aku juga
sempat berkunjung ke Ranu Kumbolo, lagi-lagi kau tak bisa menemani, kami hanya
ditemani Tri dan salah satu juniornya. Tapi sepulang dari Ranu Kumbolo kau
menemani kami berkeliling Tumpang, bahkan kami sempat menginap di salah satu
konter HP milikmu.
Tahun 2008, aku mendapat nomor
telepon area Malang, ternyata itu dari kamu, Jo! Kau ngomelin aku karena nomor
hapeku sering berganti sehingga susah dihubungi. Padahal waktu itu hapeku yang
error. Dengan enteng kau jawab: “Datang ke sini, biar ta beliin hape!” Aku
hanya tertawa dan meminta maaf. Saat itu kau sempat curhat tentang sakit yang
kau derita. Ada
kelainan di syarat otak. Padahal waktu menelpon saat itu kondisimu sempat membaik.
Sekitar akhir tahun 2010, aku
sempat telponan dengan Tri, antusias aku menanyakan keadaanmu. Tri bercerita dengan
lirih jika keadaanmu makin memprihatinkan, kau sering koma dan ketika sadar
kau tak bisa mengingat orang-orang di sekelilingmu. “Ketika kukunjungi
dia nggak bisa mengingat siapa aku, Diek!” ujar Tri nelangsa. Aku hanya miris
mendengarnya. Dalam hati, aku berdoa untuk kebaikanmu, Sobat!
Tahun ini, 2012, aku ingin
traveling lagi, niatku juga mengunjungimu. Membesuk dan menyapamu untuk ngobrol
tentang cerita-cerita kita dulu. Meski aku tak yakin kau bisa mengingatnya atau
tidak. Bahkan tahun 2013, aku diajak seniorku, Insya Allah, ke Gunung Argopuro
dan Semeru. Kami juga pasti mengunjungimu, Sobat!
Tapi kabar tadi sore ketika masih
di angkot, iseng aku membuka FB via hapeku. Di timeline aku mendapat pesan yang
membuatku terhenyak: “Bos, menyampaikan berita duka
dari Malang. Sobat kita Bejo (Eko Budi Arifanto) telah berpulang kemarin jam 5 pagi. Mohon
info diteruskan ke rekan-rekan yang lain, dan mohon dimaafkan semua kesalahan
yang pernah dilakukan Almarhum dan semoga arwahnya diterima di sisi-Nya.
Aamiin.” Begitu Dayon menulis di wall-ku. Jujur aku sedih. Nggak munak mataku
panas. Aku kehilangan lagi seorang sahabat. Aku jadi cengeng…
Sobat,
jika nanti kami kembali Semeru, kami akan kembali menapaki jalur yang pernah
kau lalui. Meski kau tak kan
lagi memanggul ransel sembari mensejajari langkah-langkah kami. Sapalah kami
lewat duniamu. Semangati kami seperti dulu. Kami akan merasakan kehadiranmu
lewat desir angin dan kesejukan air Ranu Kumbolo, serta kehangatan puncak
Mahameru, Semeru.
Sobat,
kini kau telah melepas kehidupanmu. Kembali kepada Sang Pemilik Hidup. Semoga
Allah menerima segala amal kebaikanmu. Mengampunkan segala kekhilafanmu.
Tenanglah kau di alammu kini. Namamu terukir dalam sanubari kami. Rasa
kebersamaan dan persahabatan yang pernah kita lalui bersama ketika menapaki
Semeru…
Insya
Allah, aku nanti akan menziarahi makammu…
In
Memoriam, sahabatku Bejo (Eko Budi Arifanto) 24 Oktober 2012.
[ganezh/palembang/25 Oktober 2012].
No comments:
Post a Comment