Reinhold Messner is the Greatest Climber on the Earth: Prestasi petualangan yang tak tertandingi.
Reinhold Messner lahir di desa Villnos, di kawasan
lembah Tyrol, Italia Selatan, pada 17 September 1944. Ia anak ke dua dari
delapan bersaudara. Ayahnya, Joseph Messner, seorang kepala sekolah. Seperti
kehidupan petani lain di desa yang di pagari Pegunungan Dolomite ini, mereka
hidup sederhana. Di waktu senggang, apalagi liburan panjang, Joseph sering mengajak
keluarganya mendaki gunung-gunung di sekitar desanya.
Pada usia lima tahun Reinhold Messner sudah diajak
ayahnya mendaki Saas Rigais di Geisler Alps. Berbeda dengan gunung-gunung
sebelumnya, gunung itu mengharuskan mereka memanjat tebing dulu baru menggapai
puncaknya. Tak dapat dibayangkan bagaimana tangan-tangan mungil Reinhold yang
mencengkram tali atau saat berayun-ayun di tebing yang tingginya ratusan meter.
Ia tidak merasa takut malah terlihat kegirangan. Gilanya lagi, adik Reinhold, Gunther
ikut juga dalam pendakian itu. Joseph memandang bangga pada kedua anaknya
ketika mereka sampai di puncaknya.
Sejak itu, duet kakak-adik, Reinhold dan Gunther tak
dapat dipisahkan lagi dari gunung. Barisan pegunungan di Geisler Alps tak ada
yang terlewat dari jarahan mereka. Kadang mereka ‘harus’ membikin surat
keterangan sakit palsu agar bisa mendaki gunung. Pada usia 14 tahun Reinhold
mulai demam hal baru. Saat menjajal rute Castiglionli yang dikenal sulit, tanpa
menggunakan peralatan panjat. Alasannya, ia menganggap tali pengaman hanya akan
mengganggu pergerakannya! Ia sudah memanjat ratusan kali dinding
Domites Saas Rigais. Kemudian
ke Alpen Barat. Di usia 20 tahun, telah mendaki seluruh rute sulit di
pegunungan itu.
Reinhold kuliah di jurusan Arsitektur, Universitas
Padua. Dekat kampusnya ada bukit kapur setinggi 150 meter yang sering
dikunjunginya. Jogging selama dua jam sehari dan melintasi bentangan
tali sepanjang 25 meter menjadi rutinitasnya. Ia bergelantungan bolak-balik di
bentangan tali tersebut. Karena ulahnya itu, teman-temannya mengira ia ingin
menjadi pemain sirkus.
Kemudian hari ia menjadi sosok pendaki
yang terbesar di dunia. Kiprahnya mulai diperhatikan pada tahun 1968, saat ia
sukses melakukan pendakian solo pertamanya di dua rute—yang kemudian diketahui
sebagai rute yang tersulit—di antara Phillip-Flammdihedral di Punta Civetta dan
Muka Utara Les Droites, 4.000 m. Sejak itu Reinhold dan Gunther menjadi terkenal di kawasan Alpen.
Beberapa klub pendaki mengajak mereka berdua
bergabung dalam ekspedisi mereka. Misalnya pada tahun 1970, menjadi pendaki
pertama yang mendaki ke Sisi Rupal di Nanga Parbat, 8.125 m, Pakistan,
kemudian—masih jadi orang pertama—mendaki lereng Diamir di gunung itu. Sebuah
rute tersulit di dunia!
Puncak yang terdiri dari dinding es dan salju itu telah menelan 12 nyawa (pada
masa itu). Kakak beradik itu berjuang habis-habisan. Sempat terjebak di camp
V. Badai salju dan sengatan suhu beku memaksa mereka harus berkurung diri di
tenda. Berkat kegigihan mereka, puncak itu bisa dicapai juga.
Namun Reinhold sempat lalai memakai tali
pengaman ketika menuju puncak—akibatnya mereka kesulitan untuk
turun—menyebabkan mereka mengambil rute lain. Keputusan mengambil rute lain ini
tentu mempunyai konsekwensi sendiri. Selain sudah teramat lelah, pasangan
pendaki bersaudara ini juga tidak membawa jaket, tabung oksigen, makanan, dan
minuman ketika menuju ke puncak tadi. Setelah berjuang melawan maut selama 3
hari, pasangan ini berhasil turun beberapa ratus meter—cuma tragisnya—saat
menuruni sisi Diamir, Gunther tersapu longsoran salju akibat serangan badai dan
hilang. Gunther, adiknya tewas pada kejadian itu dan Reinhold pun harus
kehilangan enam ujung ruas jari kaki dan beberapa ujung ruas jari tangannya.
Diamputasi akibat serangan frostbite.
Peristiwa itu sangat memukul perasaan Reinhold. Delapan
tahun lamanya ia menghentikan aktivitas pendakiannya. Sepeninggal adiknya,
Reinhold mengenal Peter Habeler, berasal dari Austria dan menjadi rekan
seperjalanannya. Bersama Peter ia kembali ‘gila’ untuk menjejaki puncak-puncak
di dunia. Termasuk ke Carstensz Pyramid yang telah dikunjunginya selama dua
kali pada tahun 1971. Hampir semua pendakian spektakuler di Himalaya,
ia yang melakukannya. Dia yang pertama memakai teknik Alpin-Style di
puncak 8.000-an, yakni Gasherbrum I, 8.068 m (1975); Yang pertama melakukan
pendakian solo ke Nanga Parbat, 8.125 m (1978).
Tahun 1978, mereka mendaki bersama tim Austria ke
Everest dan Reinhold menjadi orang pertama yang mendaki Everest tanpa
menggunakan tabung oksigen. Hal itulah yang menjadikan mereka berbeda dengan
pendaki lainnya. Keputusan itu diambil karena mereka telah beberapa kali
mendaki puncak di atas 8.000 meter tanpa bantuan oksigen, dan merekapun
selamat. Pada tahun 1979, ia bersama Michael Dacher berhasil mendaki puncak K2,
puncak ke dua tertinggi di dunia.
Pada tanggal 20 Agustus 1980, ia ingin mendaki
Everest dari sisi Utara, secara solo dan juga tanpa bantuan tabung
oksigen. Ia ditemani Nena Holguin sampai ketinggian 6.500 m. Mereka mendirikan
tenda dan dari titik itu pula Reinhold mulai pendakian solonya menuju
Puncak Everest. Hari itu, Reinhold berhasil menambah ketinggiannya sampai 1.300
m. Ia mulai terserang halusinasi, seolah-olah dia punya teman untuk mengobrol.
Kesokan harinya, ia kembali melakukan pergerakannya dan berhenti pada
ketinggian 8.250 meter. Malamnya ia tak bisa tidur dan bergumam sendiri.
Keesokan pagi harinya bergerak kembali, ia hanya membawa kapak es dan
kameranya. Selama enam jam ia melangkah perlahan-lahan. Awan tebal menutupi pandangannya
menyebabkan dia harus mengandalkan nalurinya. Tiba-tiba langkahnya terhenti,
tak ada lagi tanjakan. Dia menatap sekelilingnya. Di hadapanya ada tripod
aluminium. Inilah titik tertinggi itu. Reinhold jatuh terduduk dan menangis.
Cuma itu yang bisa ia lakukan karena ia hanya seorang diri, di titik tertinggi
dunia ini. Diutarakannya semua gejolak perasaan, ketika ia sampai ke tenda Nena
Holguin yang setia menungguinya. “Mungkin saya tak dapat mengulanginya lagi.
Saya sudah mencapai batas kemampuan saya,” ucap Reinhold terbata-bata. Ia
merasa haru dan bangga. Ia menjadi orang pertama yang mendaki Everest secara solo
dan tanpa bantuan tabung oksigen. Itulah pengalaman ’manis’ yang pernah
dirasakannya.
Tahun 1982 ia menjadi orang pertama yang berhasil mendaki tiga puncak paling tinggi di dunia yaitu, Everest, Kangchenjunga dan K2. Ia juga sebagai orang yang pertama yang berhasil mencapi 14 Puncak yang tingginya di atas 8.000-an rata-rata tanpa menggunakan tabung oksigen. Ia juga anggota ekspedisi ke Andes dan Yerupraja. Pada tanggal 17 Oktober 1986, Messner bersama Hans Camerlander mendapat suguhan secangkir kopi hangat di kemah induk Lhotse, 8.516 m—itulah penghargaan dari pendaki-pendaki kaliber dunia yang telah menjejak puncak Lhotse. Ia memang sosok alami, manusia pertama yang berhasil melakukan pendakian marathon di dua puncak 8.000-ers. Orang pertama di bumi yang berhasil menggenapkan keempat belas 8.000-ers. Semua dibukanya dengan rute-rute baru lagi! Maka tak salah bila salah satu perusahan jam terkenal, Rolex, memakai Reinhold Messner sebagai model iklan.
Tahun 1982 ia menjadi orang pertama yang berhasil mendaki tiga puncak paling tinggi di dunia yaitu, Everest, Kangchenjunga dan K2. Ia juga sebagai orang yang pertama yang berhasil mencapi 14 Puncak yang tingginya di atas 8.000-an rata-rata tanpa menggunakan tabung oksigen. Ia juga anggota ekspedisi ke Andes dan Yerupraja. Pada tanggal 17 Oktober 1986, Messner bersama Hans Camerlander mendapat suguhan secangkir kopi hangat di kemah induk Lhotse, 8.516 m—itulah penghargaan dari pendaki-pendaki kaliber dunia yang telah menjejak puncak Lhotse. Ia memang sosok alami, manusia pertama yang berhasil melakukan pendakian marathon di dua puncak 8.000-ers. Orang pertama di bumi yang berhasil menggenapkan keempat belas 8.000-ers. Semua dibukanya dengan rute-rute baru lagi! Maka tak salah bila salah satu perusahan jam terkenal, Rolex, memakai Reinhold Messner sebagai model iklan.
the Fourteen Dead Zone 8.000-ers yang sudah dijejakinya adalah :
1.
Everest,
8.848 m, Nepal-Tibet (1978-80).
2.
K2
(Chogari), 8.611 m, Pakistan-Cina (1979).
3.
Kangchengjunga,
8.586 m, India-Nepal (1982).
4.
Lhotse,
8.516 m, Nepal-Tibet (1986).
5.
Makalu,
8.463 m, Nepal-Tibet (1974-86).
6.
Cho
Oyu, 8.201 m, Nepal-Tibet (1972).
7.
Dhaulagiri, 8.167 m, Nepal (1985).
8.
Manaslu,
8.163 m, Nepal (1972).
9.
Nanga
Parbat, 8.125 m, Pakistan (1970-78)
10. Annapurnna, 8.091 m,
Nepal (1985).
11. Gasherbrum I, 8.068 m,
Pakistan-Cina (1975-1984).
12. Broad Peak, 8.047 m,
Pakistan-Cina (1982).
13. Shisha Pangma, 8.046 m,
Tibet (1981).
14. Gasherbrum II, 8.035 m,
Pakistan-Cina (1982-84).
*Dicuplik dari berbagai sumber (naskahku yang belum terbit)
Reinhold messner...hummm...baru denger dan baru tau cerita dari blog ini hehe..thank
ReplyDeleteSama-sama Caderabdulpacker, thanks udh mampir :)
DeleteAgen Bola Terbaik & Agen Bonus Terbaik!
ReplyDeleteAgen Casino Menang Kalah Dapat Bonus!
Yuk langsung daftar!
BBM : DDA3CD23
WA : 085890911333
www.agen333.net
https://agen333bola.blogspot.com/
makasih udah share yah kak
ReplyDeletesearchengineland
Sama sama :)
ReplyDelete